Informasi SMW Batam

Rabu, 28 Maret 2018

Pancasila Buddhis



PENERAPAN 

PANCASILA BUDDHIS 

DI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Pancasila berasal dari dua kata yaitu panca dan sila. Pengertian Panca dan  sila dalam pali dictionary electic yaitu : Panca berarti lima. Sila berarti sifat alami; adat kebiasaan; praktek moral; kode dari kemoralan. 
Jadi pancasila adalah lima adat kebiasaan atau praktek moral dalam agama Buddha. Pancasila adalah latihan moral tahap pertama dari seseorang yang akan memasuki kehidupan beragama menurut agama Buddha. Sila ini bila dilaksanakan dengan baik maka akan membawa kehidupan yang bahagia, baik sebagai manusia atau sebagai dewata. 
Pancasila Buddhis digunakan untuk seseorang yang akan memasuki kehidupan beragama Buddha ( sebagai upasaka dan upasika ). Sang Buddha bersabda bahwa,
 “Barang siapa sempurna dalam sila dan mempunyai pandangan terang, teguh dalam dhamma, selalu berbicara benar dan memenuhi segala kewajibannya, maka semua orang akan mencintainya"
                                                          (Dhammapada, XVI: 217).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pancasila merupakan landasan utama dalam pengamalan ajaran agama Buddha. Sebagai umat Buddha pancasila Buddhis ini sebaiknya dilaksanakan dengan kesadaran dan kebijaksanaan yang baik serta tekun dan ketat. Dengan menjalani pancasila Buddhis sesuai ajaran Sang Buddha. Lima sila di dalam kehidupan sehari-hari ini apabila dilakukan, akan membawa  manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan aturan moralitas Buddhis bagi umat awan bertujuan untuk memperoleh kedamaian dan ketenangan bagi diri sendiri maupun orang lain. Sila  adalah langkah terpenting dalam menjalani kehidupan untuk mencapai peningkatan batin yang luhur. Menjalani pancasila Buddhis dengan tekun, hendaknya umat tidak boleh melanggar pancasila Buddhis.
Pancasila Buddhis di dalam agama Buddha terdiri dari lima latihan moral, yaitu:
  1. Panatipata veramani sikkhapada samadiyami (aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup).
  2.  Adinnadana veramani sikkhapada samadiyami (aku bertekad akan melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan oleh pemiliknya).
  3. Kamesumicchacara veramani sikkhapada samadiyami (aku bertekad akan melatih diri untuk menghindari perbuatan asusila).
  4. Musavada veramani sikkhapada samadiyami (aku bertekad akan melatih diri untuk menghindari ucapan yang tidak benar)
  5. Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapada samadiyami (aku bertekad akan melatih diri untuk menghindari segala minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan) 



  1.  Panatipata veramani sikkhapada samadiyami
Yaitu aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup. Kita sebagai umat Buddha seharusnya menghindari diri dari pembunuhan makhluk hidup. Kita tidak boleh membunuh baik dari hewan yang paling kecil seperti semut, kutu sampai hewan yang besar.
Suatu pembunuhan telah terjadi apabila terdapat lima faktor, yaitu:
  1. Ada makhluk hidup.
  2. Mengetahui bahwa makhluk itu masih hidup.
  3. Berniat untuk membunuh.
  4. Melakukan usaha untuk membunuh.
  5. Makhluk tersebut meninggal karena usaha itu 
Apabila terdapat faktor  atau niat dalam suatu tindakan pembunuhan, maka telah terjadi pelanggaran sila pertama. Karena sila sangat berpengaruh pada kamma, dan kamma inilah yang akan membawa kemana kita akan terlahir kembali. Untuk itu hindarilah diri kita dari perbuatan pembunuhan. Senantiasa menginginkan kesejahteraan bagi semua makhluk dilandasi dengan rasa cinta kasih. Jadi seorang umat yang melanggar pembunuhan hidupnya tidak tenang, umurnya relatife pendek, dan cenderung memiliki penyakit.
Dalam Samyutta Nikaya (III, 15) Buddha mengajarkan bahwa “pembunuh melahirkan pembunuh”. Di kisahkan seperti cerita dari keturunan Raja Bimbisara. Keturunan Raja Bimbisara ini adalah mereka yang membunuh ayahnya masing-masing. Salah satunya adalah anak dari Raja Bimbisara yaitu Raja Ajatasattu yang membunuh Raja Bimbisara atau ayahnya. Ini adalah kisah singkat mengenai pembunuh melahirkan pembunuh.
2.    Adinnadana veramani sikkhapada samadiyami
Adalah aku bertekad akan melatih diri menghindari dari pencurian. Semua agama juga mengajarkan untuk tidak mencuri. Dalam agama Buddha, mencuri adalah pelanggaran sila kedua.  Buddha mengajarkan bahwa akibat mencuri akan membawa penderitaan bagi si pencuri itu sendiri. Hal ini diuraikan jelas di dalam kitab Samyutta Nikaya (III, 15). Ketika beliau berkata kepada para bhikkhu bahwa manusia mencuri akan berakibat: 
“ia akan terus merampok/ mencuri, hingga saat tindakan tersebut menjadi penyebab kematiannya”.
Jadi si pelaku itu akan terus mencuri, sebelum dia menyesal bahwa pencurian mengakibatkan dia terlahir di alam rendah. Untuk itu dia harus menyadari bahwa mencuri itu adalah perbuatan yang buruk serta melanggar sila.  Akibat melanggar sila adalah si pelaku  terlahir di alam apaya.
Suatu pencurian telah terjadi bila terdapat lima faktor, sebagai berikut:
  1. Suatu barang milik orang lain.
  2. Mengetahui bahwa barang itu ada pemiliknya.
  3. Berniat untuk mencurinya.
  4. Melakukan usaha untuk mengambilnya.
  5. Berhasil mengambil melalui usaha itu 
Yang dimaksud dengan berhasil melalui usaha itu adalah apabila barang itu telah berpindah dari tempat semula. Misalnya seseorang mengambil sepeda motor, dan sepeda motor itu sudah berpindah dari tempatnya, itu sudah dikatakan mencuri. Contohnya lagi, ketika seseorang mencuri dan tiba-tiba pemiliknya datang, dan kemudian ia mengembalikkan barang tersebut kepada pemiliknya, ia sudah dikatakan mencuri, karena barang tersebut sudah berpindah dari tempatnya. Pelanggaran sila berakibat sangat buruk, sesuai dengan kekuatan kehendak untuk mencuri, nilai barang yang dicuri dan tingkat kemajuan rohani pemiliknya (orang suci).
Bila kita tidak mau kehilangan apa yang kita miliki, kita tidak boleh mengambil barang milik orang lain. Seseorang hendaknya memiliki rasa saling menghargai kepemilikkan orang lain terhadap benda tersebut. Jadi dengan menghargai kepemilikkan orang lain, kita juga menghargai benda yang kita miliki.
3. Kamesumicchacara veramani sikkhapada samadiyami
Adalah aku bertekad untuk menghindari diri dari perbuatan asusila. Menahan diri merupakan hal yang terpenting dalam Buddhisme. Untuk itu kita harus menjaga perilaku kita sebaik mungkin, agar pelanggaran sila ketiga ini tidak muncul.  Perilaku seksual bermacam-macam, diantaranya: berzinah, perkosaan, dan perselingkuhan.
Suatu tindakan asusila telah terjadi bila terdapat lima faktor yang terdiri dari:
  1. Orang yang tidak patut untuk disetubuhi
  2. Mempunyai niat untuk menyetubuhi orang tersebut
  3. Melakukan usaha untuk menyetubuhinya
  4. Berhasil menyetubuhinya 
Mengenai orang yang tidak patut disetubuhi (agamaniaoutthu) adalah wanita-wanita sebagai berikut:
  1. Di bawah perlindungan ibunya (maturakkhita)
  2. Di bawah perlindungan ayahnya (piturakkhita)
  3. Dalam perlindungan ayah dan ibunya (matapiturakkhita)
  4. Dalam perlindungan kakak perempuannya atau adik perempuannya (bhginirakhita)
  5. Dalam perlindungan kakak lelakinya atau dalam perawatan adik lelakinya (bhaturakkhita)
  6. Dalam perlindungan sanak keluarganya (natirakkhita)
  7. Dalam perlindungan orang sebangsanya (gotarakkhita)
  8. Dalam perlindungan pelaksanaDharma (dhammarakkhita)
  9. Yang sudah dipinang oleh raja atau orang-orang yang berkuasa (saparidanda)
  10. Yang sudah bertunangan (sarakkheta)
  11. Yang sudah dibeli oleh seorang lelaki, atau telah digadaikan oleh orangtuanya (dhanakkheta)
  12. Yang tinggal oleh lelaki yang dicintainya (chandavisini)
  13. Yang rela dikawini oleh lelaki karena mengharapkan harta benda (bhagavasini)
  14. Yang rela dikawini oleh lelaki karena mengharapkan barang-barang sandang (patavansini)
  15. Resmi menjadi istri seorang lelaki dalam suatu upacara adat istiadat (odapattagagini)
  16. Yang menjadi istri seorang lelaki yang membebaskannya dari perbudakkan (abhatasumbatta)
  17. Tawanan yang kemudian dikawini oleh seorang laki-laki (dhajabata).
  18. Pekerja yang dikawini oleh majikannya (kammakaribhariya).
  19. Budak yang kemudian dikawini oleh majikannya (dasibhari).
  20. Yang menjadi istri seorang lelaki dalam jangka waktu tertentu (muhuttika
Yang dimaksudkan dengan berhasil menyetubuhi adalah berhasil memasukkan alat kelaminnya ke dalam salah satu dari rahim, dubur dan mulut walaupun sedalam biji wijen. Pelanggaran ini akan berakibat buruk, yang berat ringannya tergantung pada kekuatan yang mendorongnya dan cara pelaksanaannya, serta status atau tingkat rohani dari wanita yang bersangkutan, misalnya seorang bhikkhuni atau mereka yang telah mencapai kesucian. Buah kamma yang kita dapat, apabila kita melanggar sila ketiga yaitu kita tidak disenangi teman dan  mempunyai pasangan hidup yang tidak disenangi orang lain.
4. Musavada veramani sikkhapada samadiyami
Adalah aku bertekad akan melatih diri menghindari diri dari berbohong. Seorang umat awan hendaknya menghindari perkataan yang tidak benar dan selalu mengucapkan kata-kata yang sopan. Sehingga, di dalam hidup bermasyarakat akan tercipta suasana yang tenang, karena tidak ada kebohongan diantara semuanya.
Musavada telah terjadi bila terdapat empat faktor yang terdiri dari:
  1. Sesuatu atau hal yang tidak benar.
  2. Mempunyai niat untuk menyesatkan.
  3. Berusaha untuk menyesatkan.
  4. Orang lain jadi tersesat .
Buddha mengajarkan bahwa “ seseorang seharusnya mengucapkan hanya ucapan yang menyenangkan, ucapan yang disambut dengan gembira. Ketika diucapkan tidak membawa keburukan apa yang diucapkan adalah menyenangkan bagi orang lain” ( Samyutta Nikaya, 2010 :287).
Dalam kehidupan sehari-hari kita hendaknya berbicara dengan benar dan gembira. Suatu perkataan itu mengandung makna dan bermanfaat. Sehingga orang yang mendengar akan senang dengan ucapan kita.
Dalam Kakacupama Sutta Majjhima Nikaya 1, Buddha mengatakan bahwa, ucapan benar dapat terjadi apabila terdapat 5 syarat sebagai berikut:
  1. Ucapan itu tepat pada waktunya
  2. Ucapan itu sesuai kebenaran
  3. Ucapan itu lembut
  4. Ucapan itu bermanfaat
  5. Ucapan itu penuh cinta kasih.
Penjelasan di atas merupakan syarat dari ucapan benar. Seorang umat Buddha sebaiknya, melakukan 5 syarat di atas. Ucapan benar akan menimbulkan kebijaksanaan, menciptakan perdamaian dan menghilangkan perpecahan.
Ucapan yang tidak benar ini akan menimbulkan kamma buruk bagi pelakunya. Diantaranya, tidak dipercayai oleh orang lain, dan menderita karena dia telah mengucapkan perkataan yang tidak benar. Untuk itu hindarilah ucapan berbohong dan selalu mengucapkan kata-kata yang benar dan bermanfaat.
5. Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapada samadiyami
Adalah aku bertekad akan melatih diri dari menghindari minum minuman keras yang dapat melemahkan kesadaran. Hilangnya pengendalian terhadap kesadaran dapat mengakibatkan hilangnya pengendalian terhadap pikiran, ucapan dan perbuatan. Seseorang yang melanggar sila kelima ini kesadarannya hilang, dan dia dapat melakukan apa saja yang dapat membahayakan dirinya sendiri.
Sila kelima ini telah  dilanggar, bila terdapat lima macam faktor sebagai berikut:
  1. Sesuatu yang merupakan sura, meraya, atau majja.
    1. Ada niat untuk meminum, menggunakannya.
    2. Meminum atau menggunakannya.
    3. Timbul gejala-gejala mabuk 
Tujuan dari pelaksanaan sila kelima ini adalah untuk melatih kesadaran kita terhadap segala hal yang dapat memperlemah pengendalian diri dan kewaspadaan. Dengan mengontrol pikiran dengan benar, dan selalu waspada terhadap segala tindakan yang kita perbuat. Jadi, waspadalah terhadap semua tindakan yang akan kita perbuat.
Dari uraian-uraian di atas, dapatlah kita ketahui bahwa peranan pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari sangat bermanfaat terlebih-lebih pada zaman sekarang. Dimana zaman sekarang banyak umat Buddhis yang moralitasnya turun. Di samping moralitas mulai turun, mereka juga belum mengerti sepenuhnya tentang akibat pelanggaran pancasila Buddhis.
Dengan penerapan pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari diharapkan semua umat awam menjalaninya dengan sungguh-sungguh dan membawakan kebahagiaan dalam hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hanya butuh 1 menit untuk membaca

kita tinggal di ?
kita hidup di ?
kita bisa makan karena ada ?
kita bisa minum karena ada ?
jawabannya adalah bumi ☺

Bumi yg indah ini penuh dengan berbagai pemandangan alam yg indah tetapi keindahannya tdk akan kita lihat lagi, jika keindahan itu kita rusak dan tidak kita jaga.

sama juga dengan berbagai hasil bumi dan sumber daya alam yg ada, jika tdk kita jaga dan hargai semuanya tentu juga akan hilang dan tdk akan bisa kita nikmati lagi.

oleh sebab itu kita harus saling mengingatkan supaya pikiran, ucapan dan perbuatan kita selalu terjaga dengan baik. kalau pikiran, ucapan dan perbuatan terjaga dengan baik tentu kebijaksanaan akan berkembang. Dengan begitu kebijaksanaan hati untuk menjaga bumi, merawat bumi tentu menjadi ada.

mari kita jaga bumi ini
dengan begitu kehidupan kita tetap bertahan ☺

☺ terima kasih sudah baca , like, berkomentar dan share

Pancadhamma

lima kewajiban kita

1. Menyayangi semua bentuk kehidupan ( Metta-karuna )
2. Suka berdana atau bersedekah
3. Berpuas hati
4. Berbicara Jujur
5. Menjaga penyadaran dengan tidak mencoba narkoba dan miras