Informasi SMW Batam

Sabtu, 19 November 2016

Apa Sebabnya Kita Dilahirkan?

Apa Sebabnya Kita Dilahirkan?
Oleh: YM. Bhante Pannavaro.

Mengapa kita harus menjalani kehidupan yang tunggang-langgang, pontang-panting, dengan segala macam suka-duka, kegagalan, keberhasilan, kekecewaan, kepuasan, dan sebagainya?


Persoalan kehidupan yang kita jalani, kita tanggung ini sebabnya adalah karena kita ini dilahirkan. Inilah jawaban yang paling jitu yang diberikan oleh Sang Buddha.

Apa sebabnya kita dilahirkan? Tidak mungkin sesuatu muncul dengan begitu saja, kalau segala sesuatu muncul begitu saja tidak perlu lagi kita bertanggung jawab.

Kita dilahirkan karena kita terlalu cinta, kita melekat pada kehidupan kita ini. Mengapa kita bisa sampai melekat pada kehidupan kita ini?
Karena kita semuanya mempunyai nafsu keinginan. Nafsu keinginan itu yang menyebabkan kita melekat, ketagihan. Kita melekat pada suasana yang kita sukai, pada orang-orang yang kita cintai, pada jasmani kita, kebahagiaan kita; kita melekat pada kehidupan ini, walaupun sering kita mengatakan bahwa kehidupan ini sungguh membuat kita sengsara; tapi sebenarnya kita terlalu cinta dengan kehidupan ini.

Nafsu keinginan yang membuat kita melekat, melekat pada kehidupan ini sehingga pada saat kematian; kelahiran kembali akan terjadi kemudian.
Mengapa kita sampai mempunyai nafsu keinginan, bisa timbul nafsu keinginan? Dari mana datangnya nafsu keinginan? Karena kita mempunyai perasaan, rasa itulah yang menimbulkan hawa nafsu. Timbul perasaan senang......Saudara ingin memiliki selamanya, kalau timbul perasaan tidak senang......Saudara akan menyingkirkannya habis-habisan. Hawa nafsu itulah yang membuat kita melekat pada apa pun yang dicintai, dan kemelekatan inilah yang memperpanjang proses kehidupan kita, sehingga sesudah kematian kita dilahirkan kembali.

Apa sebabnya kita merasakan sesuatu? Mengapa kita merasakan ini nikmat, ini menyenangkan, itu tidak menyenangkan? Karena kita bisa kontak, kalau kita tidak bisa kontak tidak mungkin kita bisa menikmati sesuatu.
Apa yang dimaksudkan dengan kontak ini, mengapa kita bisa kontak dan dari mana datangnya kontak ini? Kita bisa kontak karena kita mempunyai enam indria. Kita punya mata, bisa melihat yang indah-indah, yang jorok, yang gemuk, yang kurus. Mata kontak dengan apa yang dilihat kemudian timbul rasa senang, rasa suka, dan kesenangan ini ingin terus dinikmati......dinikmati...dinikmati lagi.....terus. Itulah nafsu keinginan dan inilah yang menyebabkan kita melekat pada kesenangan itu, pada kehidupan, sehingga menyebabkan kehidupan kita terus tersambung kembali sesudah kematian, terlahir kembali.

Kita punya telinga bisa menikmati suara yang merdu, suara si dia, pujian, sanjungan atau celaan. Telinga kita kontak dengan bunyi kemudian timbul kesenangan, kenikmatan, dan ingin terus menikmatinya berulang-ulang, berulang-ulang, inilah nafsu keinginan dan ini menyebabkan kemelekatan muncul karena mendengar, dan itulah yang menyebabkan kita dilahirkan kembali.

Demikian juga dengan hidung, kontak dengan apa yang bisa kita cium, 'ini bau tengik, ini bau enak'. Mulut/lidah bisa kontak dengan apa yang bisa kita rasakan, 'ini enak, ini tidak enak'; demikian pula dengan tubuh/kulit kita. Mata, telinga, hidung, mulut, tubuh dan keenam adalah pikiran kita.

Pikiran kita akan kontak dengan apa saja yang bisa kita pikirkan yang menimbulkan kesenangan, kenikmatan yang terus ingin dinikmati, dinikmati lagi, ingin dilunasi, dicicipi, itu menjadikan timbulnya nafsu keinginan dan muncul kemelekatan yang akan menyambung kehidupan yang serba menyakitkan ini. Kemelkatan ini membelenggu kita, kemelekatan yang menyebabkan kita tidak bebas. Saudara mungkin masih bisa bebas selama Saudara masih bisa memenuhi kemelekatan, ketagihan Saudara, tapi pada saat Saudara tidak bisa lagi mempunyai kesempatan untuk memenuhi tuntutan kemelekatan itu, saat itu saudara akan merasakan kesengsaraan yang luar biasa. Betapa bahagianya orang yang tidak melekat !

Lalu apa yang menjadi persoalan utama? Berhati-hatilah, waspadalah Saudara pada saat keenam indria Saudara terkontak dengan sasarannya. Kalau mata, telinga, hidung, mulut, tubuh, pikiran saudara terkontak, cobalah berusaha kontak dengan wajar, melihat sebagaimana adanya dan bila pada saat kontak itu muncul, munculkan kesadaran, maka Saudara akan menjadi orang yang bahagia. Kontak ini tidak akan membuahkan suatu ikatan yang baru. Inilah sesungguhnya meditasi yang seharusnya kita latih, bukan hanya setiap hari tapi setiap saat, setiap keenam indria kita, kontak, karena itulah saat yang paling berbahaya.

Pancadhamma

lima kewajiban kita

1. Menyayangi semua bentuk kehidupan ( Metta-karuna )
2. Suka berdana atau bersedekah
3. Berpuas hati
4. Berbicara Jujur
5. Menjaga penyadaran dengan tidak mencoba narkoba dan miras