Informasi SMW Batam

Rabu, 15 Desember 2021

KISAH IBU MENCIUS/ MENG ZI.

KISAH IBU MENCIUS/ MENG ZI.

Membicarakan soal memperhatikan pendidikan seorang anak, dalam sejarah China (中国) ada sebuah cerita yang sangat terkenal yaitu:kisah ibu Mencius/Meng Zi (孟母 meng mu) dari jaman Zhan Guo (战国 antar kerajaan sedang berperang). 
Ibu Mencius mengetahui jika pengaruh lingkungan terhadap seseorang sangat besar, demi mencarikan lingkungan yang tepat bagi si putra, berpindah tempat tinggal 3 kali.Suatu ketika beliau mendapati putranya membolos sekolah, kain yang hendak selesai ditenunnya pun langsung dipotong.Pada jaman 5 dinasti (五代wu dai),di daerah Yan Shan (燕山 nama sebuah gunung di provinsi he beI 河北) juga terdapat seorang ayah yang begitu memperhatikan pendidikan anak-anaknya,bernama:Dou Yu Jun(窦禹钧).

Di bawah didikan Dou Yu Jun, 5 orang anaknya bisa menjadi orang yang sukses.Berikut kisah selengkapnya.

Meng Zi(孟子) adalah seorang tokoh besar dunia pendidikan yang hidup pada jaman antar kerajaan sedang berperang.Saat kecil Meng Zi juga sama dengan anak-anak pada umumnya,gemar bermain.Sang ibu demi Meng Zi agar bisa mendapatkan pendidikan yang baik,harus berpindah rumah sebanyak 3x.
Pertama mereka tinggal di dekat pemakaman,Meng Zi belajar meniru perangai orang yang berlutut&menangis karena berduka cita.Karena sang ibu merasa hal tersebut tidak baik untuk Meng Zi,mereka pindah dekat pasar.Disini Meng Zi belajar menirukan bagaimana para pedagang-pembeli melakukan tawar-menawar harga.Lagi-lagi ibu Meng Zi merasa tinggal di tempat yang kurang baik,akhirnya mereka pindah ke dekat sebuah sekolah.

Disini Meng Zi mulai belajar bersama siswa yang lain tentang sopan santun & ilmu pengetahuan.Selama bersekolah,Meng Zi pernah 1x membolos.Sang ibu yang waktu itu sedang menenun kain,begitu mengetahui Meng Zi membolos langsung memotong kain setengah jadi tersebut.Sang ibu mengibaratkan kain setengah jadi yang dipotong sama dengan perilaku membolosnya,sama-sama tiada guna.Semenjak saat itu Meng Zi tidak pernah lagi membolos, setelah dewasa dapat menjadi seorang tokoh besar.
Kisah yang hampir sama dengan cerita ibu Meng Zi adalah:kisah pada jaman 5 dinasti.Pada jaman itu hiduplah seorang yang bernama Dou Yu Jun,karena tinggal di gunung Yan Shan maka mendapat julukan sebagai Tuan Dou yang tinggal di gunung Yan Shan (Dou Yan Shan).Dou Yan Shan dulunya adalah seorang yang berhati kurang baik,suka mencari keuntungan dari orang lain.Karenanya walau sudah berusia 30 tahun tidak kunjung memiliki keturunan.Suatu hari ini bermimpi sang mediang ayah datang memberikan nasehat:anak ku jika engkau terus berbuat jahat,bukan saja tidak akan memiliki keturunan akan tetapi juga berumur pendek,cepatlah bertobat!Begitu terbangun dari tidurnya,

Dou Yan Shan mengingat baik-baik nasehat ayahnya.Semenjak saat itu ia merubah perilaku buruknya,sering membantu anak kurang mampu untuk bersekolah,banyak melakukan perbuatan baik.Selang berapa waktu,Dou Yan Shan kembali lagi bermimpi mediang sang ayah,kali ini beliau berkata:anak ku,sekarang engkau telah memiliki banyak kebajikan,Tuhan berkenan memberi kamu 5 orang anak,kau juga akan berumur panjang.Ternyata mimpinya benar-benar menjadi kenyataan,tak lama setelah itu istri Dou Yan Shan melahirkan 5 orang putra.

Dou Yan Shan mengingat jelas nasehat yang diberikan sang ayah,ia sangat memperhatikan pendidikan anak-anak.Dengan sangat disiplin Dou Yan Shan mengajarkan kepada anak-anaknya untuk dapat berbakti kepada orang tua&rukun dengan sesama saudara.Dibawah didikan Dou Yan Shan,ke-5 putranya bisa menjadi orang yang sukses.

昔孟母,择邻处
Xi meng mu,ze lin chu
子不学,断机杼
Zi bu xue,duan ji zhu
窦燕山,有义方
Dou yan shan,you yi fang
教五子,名俱扬
Jiao wu zi,ming ju yang

Penulis: Xie Zheng Ming.
Ahli Sejarah Kuno Conficius dan bahasa Mandarin.

Sabtu, 20 Februari 2021

Fang Sheng atau Vegetarian ?

 FANGSHEN SAMA DENGAN SAKSHEN, SEEKOR BURUNG YG DIBELI UNTUK DILEPAS BUAT FANGSHEN, AKAN MEMBUNUH  3 - 4 EKOR  BURUNG LAINNYA   


( Baca SAMPAE HABIS )。


 Sudut pandang lain dari Fang Shen yg menarik, ingin melepas bisa jadi malah mencelakakan dalam prosesnya:

Bijaklah dalam "Fang Shen"

Di sebuah ranting pohon yang rimbun, terdapatlah seekor ibu burung pipit yang kelihatannya tampak gelisah. Sesekali ia keluar dari sarangnya dan kemudian masuk lagi. Dari dalam sarang itu terdengar suara anak-anaknya yang sepertinya sudah mulai kelaparan.

Setiap Ibu burung keluar, anaknya berteriak - teriak. Ibu burung hanya bisa menyentuh mulut anak-anaknya seolah berkata " sabar ya nak, papamu bentar lagi pulang".

Sudah hampir dua jam papa burung pergi mencari makan, tidak biasanya sampai selama ini. Biasanya paling 15 menit si papa sudah pulang sambil bawa makanan dan bergantian menjaga anak-anak. " kemana ya si papa? Apa gerangan yang telah terjadi pada suamiku saat ini" pikir Ibu burung.

Tak tahan mendengar tangis anak-anaknya dan karena sudah tak sabar menanti akhirnya Si ibu burung memutuskan untuk mencari makanan. Lalu dia pun terbang menuju ke areal persawahan yang biasanya dikunjungi.

Setibanya di areal persawahan yang tampak mulai menguning, ada hal aneh yang dirasakannya. Biasanya persawahan ini penuh dengan teman-temannya yang beterbangan dan dihalau oleh pak tani. "kemana mereka semua ya" pikirnya sedikit curiga.

 Namun karena bayangan tangis anak-anaknya yang tengah kelaparan muncul dibenaknya, akhirnya ia tak mau terlalu banyak mikir.

Setelah sambil terbang ia memastikan bahwa pak tani tak menjaga sawahnya, akhirnya ia turun dan hendak hinggap ke sebatang ranting padi. Namun apa yang terjadi? Sebelum kakinya menyentuh batang padi, ada sebuah tali halus yang menyangkut di kakinya. Ia berusaha bergerak meronta mencoba melepaskan diri namun tali-tali itu semakin banyak melilit kaki mungilnya dan kedua sayapnya. Ia meronta lagi sembari berteriak - teriak, "tolong....tolong... tolong lepaskan saya". Semakin ibu burung meronta semakin banyak tali halus itu melilit tubuhnya dan semakin habis tenaganya.

Di tengah ketidakberdayaannya akibat terkena jeratan jaring halus, bayangan keempat ekor anaknya muncul kembali dibenaknya. " Maafkan ibu nak, Ibu tak bisa merawat kalian lagi"

Hari menjelang sore, tampak seseorang menarik-narik untaian jaring-jaring ini dan tiba-tiba tubuh si ibu burung serasa dijepit oleh sesuatu. Iya... Pak tani datang memegang dan melepaskan semua tali yang melilit tubuhnya. Ibu burung merasa lega karena akhirnya ada orang yang membebaskannya dari siksaan tali-tali itu.

Setelah semua tali terlepas ibu burung di bawa ke pondok Pak tani dan dimasukkan ke sebuah tempat yang ternyata berisi banyak sekali burung-burung yang senasib dengannya. Ia bingung kenapa kita ada di sin? "Ia mencoba bertanya kenapa kita tidak terbang? Bukankah kita sudah lepas dari ikatan tali- tali halus itu?"

"kita memang sudah lepas dari tali tapi kini masuk ke kandang yg sempit dan terkunci" kata seekor burung pipit lainnya. "oh tidak, bagaimana nasib anak-anakku? Suamiku?" pikirnya.

Di tengah padatnya isi kandang dan ributnya suara ratap tangis teman-temannya. Ibu burung mencoba mencari keberadaan suaminya yang mungkin saja ada di sini. Setelah mencari sampai kelelahan, akhirnya ia melihat sosok suaminya yang tergeletak lemah tak berdaya. Ibu burung mencoba memanggil-manggil suaminya.

 Sang suami membuka matanya dan melihat istrinya lalu berkata "maafkan saya bu, saya suami tak berguna. Sayap saya sudah patah bu, kaki saya sebelah patah bu. Maafkan saya, tolong jaga anak-anak kita" Ibu burung menangis melihat keadaan suaminya yang terluka, ia kemudian duduk menemani suaminya semalaman.

Suara kokok ayam berbunyi menandakan pagi telah tiba, semua burung yang dikandang terbangun.

 Mereka meronta menangis kembali karena ingin lepas bebas dari kandang sempit ini. Namun apa daya, kandang ini sangat kuat.

Ibu burung mencoba melihat suaminya yang berada disampingnya, diam, kaku tak bergerak. Ia mencoba membangunkan, namun tetap tak bergerak. Ibu burung sangat sedih dan menangis sambil memanggil suaminya yang kini telah tiada.

Tak berapa lama pak tani masuk ke pondoknya dan membawa kandang beserta isinya. Di pinggir sawah yang tak jauh dari sebuah jalan besar, pak tani meletakkan kandang di sebuah tempat. Lalu muncul petani lainnya yang memberikan lembaran kertas warna-warni kepada pak tani. Pak tani menerima dengan tersenyum.

Entah apa yang terjadi namun Ibu burung mendengar suara mesin dan merasakan kandang mereka bergerak menjauhi areal persawahan. Semuanya bersuara menangis, sama halnya seperti ibu burung yang menangis mohon dilepaskan demi anak-anaknya yang sedang kelaparan. Namun bagi pak tani suara burung ini hanyalah suara angin yang tak bermakna.

Setelah beberapa jam diperjalanan akhirnya sampailah ibu burung dan rombongan di sebuah tempat, di sana ia melihat banyak orang yang menyerupai pak tani namun pakaiannya warna warni indah.

Di sebelah kandangnya ia juga melihat kandang lainnya.

"Oh.... Tempat apakah ini pikirnya? Mengapa banyak orang membawa lidi yang ujungnya berasap? Mengapa anak-anak mendekati mereka, sesekali memukul kandang mereka layaknya ular mau memakan mangsanya".

Ini semua menambah ketakutan penghuni kandang. Membuat mereka makin beterbangan, bertabrakan dan berhimpitan dikandang sempit ini.

Tak berapa lama datanglah satu keluarga memberikan beberapa lembar kertas warna merah kepada pak tani ini. Lalu kandang kami diserahkan kepada keluarga ini. Kemudian anak-anak keluarga ini mulai membuka pintu kandang dan seolah-olah bergaya mengusir kami keluar kandang.

Semua teman-teman ibu burung keluar dan beterbangan tanpa arah. Ada yang sudah terbang malah jatuh ke bumi karena kecapaian, ada juga yang tak mampu terbang lagi.

Tiba giliran ibu burung keluar, sebelum keluar kandang ia melihat mayat suaminya dan mayat beberapa temannya yang malang. Setelah keluar kandang ibu burung secepatnya hinggap di sebuah ranting. Ia ingin memulihkan tenaganya dulu.

Dari atas ranting ia melihat ada keluarga lain yang membuka kandang yang disampingnya tadi. Ia merasa senang karena akhirnya teman-temannya yang lain telah bebas.

Sejenak ia merenung, apa maksud semua ini? " Kenapa kami ditangkap dan dilepaskan lagi. Kenapa petani-petani ini melakukan hal aneh seperti ini? Apa sebenarnya salah kami?"

Kini Ibu burung bingung, dia kini berada di daerah antah barantah. 

Sudah 3 hari dia terbang tak tentu arah hingga tubuhnya lemas. Ia tak menemukan makanan yang bisa dimakannya. Yang ada hanyalah pondok-pondok batu pak tani yang dindingnya berkilauan. Ketika melihat aliran sungai ia hanya melihat air hitam kelam.

Ia tak sanggup lagi terbang, ia hinggap di pinggiran sebuah pondok batu berdinding kilau yang sangat tinggi. Karena kelelahan dan kelaparan, iapun jatuh ke bumi. Sebelum tubuh kecilnya diterima bumi, terbayang olehnya wajah suami dan anak-anaknya.

Pesan kisah ini:

Seandainya ibu burung bisa berkata dalam bahasa manusia, ia hanya ingin katakan 

" WAHAI MANUSIA BERHENTILAH MENGASIHI KAMI, KAMI TIDAK APA-APA".

Tolong buat anda semua yang gemar melakukan kebajikan berupa pelepasan makhluk hidup (Fang Sheng), gunakanlah kebijaksanaan anda. Inilah yang terjadi jika anda melepaskan jenis hewan burung-burung yang sengaja di jual hanya untuk dilepaskan kembali. Biasanya burung-burung ini di jual di depan rumah ibadah.

TAHUKAH ANDA, ketika anda melepas satu burung secara tak langsung anda telah membunuh 4 ekor burung. Coba renungkan dimana letak perbuatan baik di sana? Alih alih anda berbuat baik, yang ada anda telah mencelakakan kehidupan makhluk lainnya.

TAHUKAH ANDA

DENGAN TIDAK MEMBELI BURUNG YANG SENGAJA DIJUAL UNTUK DILEPASKAN, MAKA ANDA TELAH MENYELAMATKAN RATUSAN NYAWA BURUNG LAINNYA.

TAHUKAH ANDA

Dengan tidak membeli burung-burung ini maka takkan ada lagi yang mau menjual burung ini, jika tak ada yang menjual maka takkan ada penangkapan. Jika tak ada penangkapan maka burung-burung ini hidupnya akan lebih bahagia.

Fang shen yang sebenarnya adalah dengan kita tidak memakan daging hewan (bervegetarian), berarti kita telah memberikan kesempatan kehidupan kepada makhluk lain, ini lebih baik

TAHUKAH ANDA,

Dengan me-like tulisan ini, manfaatnya sedikit. 

Namun dengan membagikannya kembali akan menyelamatkan banyak nyawa makhluk.

maka barulah kita boleh doa dengan ucap "Semoga semua makhluk berbahagia". 

Salam Harmonis

Tulisan ini saya copy dari orang lain. Ceritanya sangat bagus & memang dekat dgn kenyataan yang terjadi sekarang ini. Please jangan pernah lagi membeli burung2 kecil ini untuk difangshen. Kalau tidak ada lagi yg fangshen mereka, petani2 itu jg akan berhenti menangkap burung2 ini.

Pancadhamma

lima kewajiban kita

1. Menyayangi semua bentuk kehidupan ( Metta-karuna )
2. Suka berdana atau bersedekah
3. Berpuas hati
4. Berbicara Jujur
5. Menjaga penyadaran dengan tidak mencoba narkoba dan miras